Senin, 19 Oktober 2009

Berbahu Busuk Jaker Diprotes

KRC, KERTOSONO –
Warga di sejumlah desa yang dialiri Sungai Klinter gundah. Mereka resah karena kemarau ini, air sungai tak jernih lagi dan menebar bau busuk. Ditengarai sungai itu tercemar. Warga pun

Untuk kesekian kalinya keberadaan limbah PT. Jaya Kertas kembali diprotes. Warga sekitar pabrik yang ada di Desa Kepuh, Kecamatan Kertosono itu mengeluhkan limbah pabrik yang dianggap mencemari lingkungan. Bahkan saat ini mereka juga telah mengirimkan surat ke Pemkab Nganjuk atas kondisi limbah Jaker saat ini.

Salah satu wilayah yang terkena dampak limbah jaker adalah Dusun Pandanasri, Desa Lambang Kuning. H. Juwaini, warga setempat menuturkan pencemaran lingkungan akibat limbah jaker bukan kali ini saja mereka rasakan, "Sudah bertahun-tahun, Mas," akunya.

Menurut Juwaini dampak dari keberadaan limbah Jaker yang paling keluhkan warga adalah masalah bau busuk limbah yang sangat menyengat. Bagi mereka bau tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga yang tinggal di sekitar pabrik jaker maupun warga desa lain yang tinggal di sepanjang bantaran Sungai Klinter. Yang mana sungai tersebut selama ini dijadikan sebagai tempat pembuangan air limbah jaker.

Sedikitnya ada lima desa di tiga kecamatan yang dilewati arus Sungai Klinter. Masing-masing Desa Nglawak, Lambang Kuning Kecamatan Kertosono, Desa Pandantoyo dan Pisang, Kecamatan Patianrowo serta Desa Kemaduh, Kecamatan Baron.

Menurut Juwaini, munculnya bauk busuk limbah jaker tidak mengenal musim penghujan ataupun saat musim kemarau. Namun saat musim kemarau seperti sekarang ini, bau bussuk limbah tersebut sangat terasa, "Sampean bisa rasakan sendiri kan," ujar Juwaini sambil mengajak wartawan ke Sungai Klinter yang persis di belakang rumahnya.

Juwaini mengungkapkan, dulunya sebelum terkena limbah jaker sungai tersebut sering digunakan warga ataupun santrinya. Namun sejak sungai tersebut tercemar limbah, mereka tidak berani melakukannya lantaran takut terkena penyakit, "Dulu santri pondok sini sempat banyak yang terkena penyakit kulit juga," tutur pria yang juga pengasuh Pondok Pesanter Darul Mutaalimin Nglawak Kertsono itu.

Pantauan Radar Kediri kondisi Sungai Klinter sekarang ini memang tak lagi seperti sungai. Melainkan mirip got yang mengeluarkan bau busuk yang terasa menusuk hidung. Air sungai yang menurut warga dulunya jernih saat ini justru kotor akibat tercemari limbah jaker. Keberadaan sampah-sampah semakin menambah keruh kondisi sungai.

Air limbah jaker sendiri diduga tidak hanya mencemari sungai, lebih dari itu keberadaan limbah tersebut diduga juga mencemari sumur warga, "Sumur saya dulu airnya juga bersih, sekarang menjad keruh," tandas Juwaini. Untuk membuktikannya Juwaini kemarin menimba air yang ada dalam sumur untuk kemudian menuangkannya ke dalam baskom besar. Terlihat air sumur tersebut keruh dan bercampur kotoran.

Bukan hanya itu air sumur tersebut juga mengeluarkan bau yang mirip dengan bau busuk dari Sungai Klinter. Gara-gara sumurnya keruh, Juwaini pun terpaksa membuat sumur lagi di depan rumahnya. Walau begitu air sumur baru tersebut masih tak bisa sebening dengan sumur warga di daerah lainnya, "Saya nggak tahu apa itu karena tercemarai atau sebab lainnya," ungkapnya.

Juwaini mengungkapkan, selama ini pihak Jaker sendiri menurutnya terkesan tutup mata dengan kondisi tersebut. Padahal beberapa tahun yang lalu mereka sempat berjanji akan mengolah limbahnya sehingga tidak lagi mengganggu lingkungan sekitarnya, "Terus terang kami sudah bosan dengan kondisi seperti ini, tapi kenapa pemerintah sendiri kok diam padahal itu (limbah, Red) jelas mengganggu kami," keluh Agung Supriyadi warga Desa Kemaduh.

Dikatakan Agung kondisi Sungai Klinter yang semakin tercemar saat ini membuat warga memutuskan untuk membuat surat ke Kantor Lingkungan Hidup agar bisa mengambil langkah tegas terkait limbah jaker yang dianggap sudah tidak bisa ditolelir lagi, "Kalau pemerintah tetap diam, justru menjadi tanda tanya ada apa ini?," kata pria yang juga mantan Kepala Desa Kemaduh itu.

Radar Kediri Jumat lalu sempat mencoba konfirmasi ke pihak PT Jaker tentang limbah yang dikeluhkan warga tersebut. Sayangnya salah satu staf yang menemui wartawan saat itu tidak bisa memberikan jawaban banyak, "Waduh saya tidak punya kewenangan untuk menjawab masalah itu, langsung sama Pak Amin saja nanti," ujar Heri Sugiantoro staf humas PT Jaker. (adb)

Tidak ada komentar: